Peta Dunia dari Masa ke Masa

Jauh sebelum era global positioning satellite dan orto-fotografi multi-spektrum, kartografer kuno sering harus bergantung pada informasi dari mulut ke mulut untuk menggambarkan tempat-tempat yang jauh. Kadang-kadang, mereka menggambar monster laut pada peta untuk mengisi ruang-ruang kosongnya. Pada saat lain, mereka memperbesar ukuran suatu tempat pada peta setelah mendengar yang lebih lengkap, dan menambahkan rinciannya sendiri.

Ketika pembuat peta zaman awal melukiskan permukaan bumi pada peta, mereka hanya menggambar fitur geografis berdasarkan yang mereka lihat atau yang diceritakan oleh wisatawan dan penjelajah. Karena begitu sedikit yang diketahui tentang dunia, informasi yang ditampilkan pada peta agak jarang dan sulit untuk mengevaluasi kualitas atau akurasi peta. Bahkan, sebagian besar peta yang dibuat sebelum Renaisans Eropa adalah begitu umum dan tidak akurat, bahwa pembuat peta mengasumsikan kita hidup di bumi yang datar dan hampir tidak ada perbedaan dalam hal kegunaannya.
Hecataeus, seorang ilmuwan dari Miletus, mungkin yang menyusun tulisan pertama tentang geografi di sekitar tahun 500 SM. Satu generasi kemudian, Herodotus mengembangkannya dari studi dan perjalanan yang lebih luas. Sebagai seorang sejarawan dengan kecenderungan geografis, Herodotus antara lain mencatat pengitaran awal benua Afrika oleh bangsa Fenisia. Ia juga memperbaiki penggambaran bentuk dan luas daerah di dunia yang dikenal kemudian, dan ia juga menyatakan bahwa Kaspia adalah sebuah laut pedalaman, menentang pandangan yang berlaku pada saat itu yang merupakan bagian dari “Lautan Utara”.
Meskipun Hecataeus menganggap Bumi sebagai piringan datar yang dikelilingi oleh laut, Herodotus dan pengikutnya mempertanyakan konsep tersebut dan mengusulkan sejumlah bentuk lain yang mungkin. Sebetulnya, para filsuf dan ilmuwan pada waktu itu tampaknya telah sibuk selama beberapa tahun dengan diskusi tentang sifat dan luas dunia. Beberapa ilmuwan modern memberikan atribut tentang hipotesis pertama bentuk bulat Bumi kepada Pythagoras (abad 6 SM) atau Parmenides (abad ke-5). Gagasan tersebut secara bertahap berkembang menjadi konsensus setelah berjalan bertahun-tahun. Secara umum pada pertengahan abad ke-4 teori tentang bumi bulat telah diterima dengan baik di kalangan ilmuwan Yunani, dan sekitar tahun 350 SM Aristoteles merumuskan enam argumen untuk membuktikan bahwa bumi itu sebenarnya berbentuk sebuah bola. Sejak saat itu, gagasan tentang bumi bulat telah diterima secara umum di kalangan geografer dan ilmuwan lainnya.
Sekitar tahun 300 SM, Dicaearchus, seorang murid Aristoteles, menempatkan garis orientasi pada peta dunia, berarah timur dan barat melalui Gibraltar dan Rhodes. Eratosthenes, Marinus Tirus dan Ptolemy berturut-turut mengembangkan prinsip garis referensi sampai dengan sistem paralel dan meridian yang cukup komprehensif, serta metode memproyeksikannya.ratosthenes (276 – 194 SM) menggambarkan peta dunia dengan lebih baik, dengan menggabungkan informasi dari kampanye Alexander Agung dan para penerusnya. Asia menjadi lebih luas, mencerminkan pemahaman baru mengenai ukuran yang sebenarnya. Eratosthenes adalah juga ilmuwan geografi pertama yang menggabungkan paralel dan meridian dalam penggambaran kartografinya, membuktikan pemahamannya tentang sifat bumi yang bulat.
Karya Posidonius (ca 150 – 130 SM) “tentang laut dan daerah sekitarnya” adalah merupakan diskusi geografis umum, menunjukkan bagaimana semua kekuatan memiliki dampak pada satu sama lain dan diterapkan juga untuk kehidupan manusia. Ia mengukur lingkar bumi dengan mengacu pada posisi bintang Canopus. Ukurannya adalah 240.000 stadia yang diterjemahkan ke 24.000 mil, mendekati lingkar sebenarnya yaitu 24.901 mil. Ia mengambil pendekatan tersebut dari Eratosthenes, yang satu abad sebelumnya menggunakan ketinggian Matahari di lintang-lintang yang berbeda. Panjang keliling bumi oleh kedua orang tersebut adalah luar biasa akurat, karena masing-masing saling mengkompensasi kesalahan dalam pengukurannya. Namun, versi perhitungan Posidonius yang dipopulerkan oleh Strabo direvisi dengan memperbaiki jarak antara Rhodes dan Alexandria menjadi 3.750 stadia, mengakibatkan panjang lingkarnya menjadi 180.000 stadia, atau 18.000 mil. Ptolemy membahas dan menyukai ukuran Posidonius yang direvisi daripada Eratosthenes dalamGeographia, dan ilmuwan selama Abad Pertengahan terbagi kedalam dua kubu mengenai keliling Bumi, satu sisi mengidentifikasi dari perhitungan Eratosthenes dan yang lainnya dengan ukuran Posidonius yaitu 180.000 stadia. Tergantung pada nilai stadia yang digunakan, mungkin benar bahwa Posidonius, dalam usaha untuk memperbaiki Eratosthenes, memperkirakan ukuran bumi lebih kecil, selanjutnya disalin oleh Ptolemy, dan kemudian tersebar ke Renaisans Eropa.
Strabo (ca 64 SM – 24 M) terkenal dengan karya besarnya berjudul Geographica yang terdiri dari 17 jilid, menyajikan sejarah deskriptif orang dan tempat dari berbagai daerah di dunia yang dikenal pada jamannya. Geographica pertama kali muncul di Eropa Barat di Roma yaitu terjemahan Latin yang diterbitkan sekitar tahun 1469. Meskipun Strabo mengacu kepada para astronom Yunani kuno Eratosthenes dan Hipparchus, dan mengakui upaya astronomi dan matematika mereka terhadap geografi, ia mengklaim bahwa pendekatan deskriptif adalah lebih praktis. Geographicamenyediakan sumber informasi yang berharga tentang dunia kuno, terutama ketika informasi ini dikuatkan oleh sumber-sumber lain. Dalam buku Geographicatedapat peta Eropa. Peta dunia secara keseluruhan menurut Strabo dapat direkonstruksi dari teks tertulis itu.
Pomponius Mela (ca 43 AD) adalah unik di antara geografer kuno yang lain, dengan membagi bumi menjadi lima zona, hanya dua yang dihuni. Ia menegaskan keberadaan antichthones, masyarakat yang mendiami zona beriklim panas di selatan yang tidak dapat diakses oleh masyarakat dari daerah beriklim panas di utara karena tidak dapat menahan panas dari rintangan sabuk panas terik. Pada bagian dan batas-batas Eropa, Asia dan Afrika, ia mengulangi Eratosthenes; seperti semua geografer klasik pada masa Alexander Agung (kecuali Ptolemy) ia menganggap Laut Kaspia sebagai inlet “Lautan Utara”, seperti halnya teluk-teluk di Persia (Teluk Persia) dan Arab (Laut Merah) di selatan.
Sosok terbesar dunia kuno dalam kemajuan geografi dan kartografi adalah Claudius Ptolemaeus (Ptolemy; 90 – 168 AD). Sebagai seorang astronom dan ahli matematika, ia menghabiskan bertahun-tahun belajar di perpustakaan di Alexandria, sebuah repositori terbesar pengetahuan ilmiah pada waktu itu. Ia mempelopori penggunaan meridian melengkung paralel dan konvergen pada peta. Peta Ptolemy adalah “spesifik Mediterania”, sangat umum, dan hampir sepenuhnya mengabaikan belahan bumi selatan. Namun, hal itu adalah langkah maju yang signifikan dalam pembuatan peta dan lebih maju pada masa itu, dapat digunakan dengan baik pada masa Renaisans. 
Seorang geografer Arab, Muhammad Al-Idrisi (1154 AD), memasukkan pengetahuan tentang Afrika, Samudera Hindia dan Timur Jauh yang dikumpulkan oleh pedagang dan penjelajah Arab dengan informasi yang diwariskan oleh geografi klasik untuk membuat peta dunia yang paling akurat pada waktu itu. Peta tersebut menjadi peta dunia yang paling akurat untuk tiga abad berikutnya. Tabula Rogeriana digambar oleh Al-Idrisi pada tahun 1154 untuk Raja Normandy, Roger II dari Sisilia, setelah tinggal delapan belas tahun di istana, dimana ia mengerjakan komentar-komentar dan ilustrasi peta. Peta yang ditulis dalam bahasa Arab tersebut menunjukkan benua Eurasia secara keseluruhan, tetapi hanya menunjukkan bagian utara benua Afrika.
Peta dunia oleh Henricus Martellus Germanus (Heinrich Hammer), ca 1490, adalah sangat mirip dengan bola dunia terestrial yang dibuat kemudian oleh Martin Behaim pada tahun 1492,Erdapfel. Keduanya menunjukkan pengaruh kuat Ptolemy, dan keduanya mungkin berasal dari peta yang dibuat sekitar 1485 di Lisbon oleh Bartolomeo Columbus. Meskipun Martellus diyakini telah lahir di Nuremberg, kota asal Behaim, ia tinggal dan bekerja di Florence pada 1480 – 1496.
Cantino planisphere adalah peta paling awal yang masih ada, yang menunjukkan penemuan geografis Portugis di timur dan barat. Peta ini dinamai dari Alberto Cantino, seorang agen untuk Duke of Ferrara, yang berhasil menyelundup dari Portugal ke Italia pada tahun 1502. Peta itu sangat penting dalam menggambarkan catatan fragmentaris pantai Brasil, ditemukan pada tahun 1500 oleh penjelajah Portugis Pedro Álvares Cabral, dan dalam menggambarkan pantai Afrika sisi-sisi Samudra Atlantik dan India dengan akurasi yang luar biasa dan detail. Peta tersebut bermanfaat pada awal abad keenam belas karena menunjukkan informasi strategis yang rinci dan mutakhir pada saat pengetahuan geografis dunia tumbuh dengan cepat. Informasi tersebut juga penting pada saat ini karena mengandung informasi sejarah unik yang sangat menarik tentang eksplorasi maritim dan evolusi kartografi laut dalam masa itu.Cantino planisphere adalah peta nautikal awal yang masih ada dimana tempat-tempat (di Afrika dan bagian Brasil dan India) telah digambarkan sesuai dengan pengamatan garis lintang astronomi. 
Peta Caverio, juga dikenal sebagai peta Caveri atau peta Canerio, adalah peta yang digambar oleh Nicolay de Caveri, sekitar tahun 1505. Peta ini digambar tangan pada perkamen dan berwarna, yang terdiri dari sepuluh bagian atau panel, berukuran 2,25 kali 1,15 meter (7,4 kali 3,8 kaki). Sejarawan percaya bahwa peta yang tidak bertanggal dan ditandai dengan tulisan “Nicolay de Caveri Januensis” adalah diselesaikan pada tahun 1504 – 1505. Peta ini mungkin dibuat di Lisbon oleh Genoa Canveri, atau disalinnya di Genoa dari peta yang sangat mirip Cantino. Peta ini menunjukkan pantai timur Amerika Utara dengan rincian yang mengejutkan, jika pantai timur Amerika Utara dibandingkan dengan peta modern, kita akan segera heran dengan adanya kesamaan dengan garis pantai yang membentang dari Florida ke Delaware atau Sungai Hudson, apabila kita mengacu pada pandangan umum bahwa Eropa tidak pernah melihat atau menginjakkan kaki di pantai selatan negara-negara bagian Amerika Serikat sekarang. Peta ini adalah salah satu sumber utama yang digunakan untuk membuat peta Waldseemüller pada tahun 1507. Peta Caverio saat ini berada di Bibliotheque Nationale de France di Paris.
Cerita tentang sekelompok kecil intelektual Renaisans yang bekerja di San Die, sebuah kota kecil di Alzace (Perancis) dari tahun 1500 dan seterusnya adalah cukup terkenal. Tim ini dibiayai oleh Duc Rene II de Lorraine, yang diwakili dalam tim oleh Walter Ludd. Martin Ringmann adalah penulisnya dan Martin Waldseemüller adalah geografernya. Mereka mengatur diri mereka sendiri untuk menganalisis informasi geografis baru yang diperoleh dari penemuan dalam pelayaran sebelumnya dan mengintegrasikan informasi tersebut kedalam peta dan atlas yang ada. Upaya tersebut menghasilkan sebuah publikasi buklet yang cukup penting, Universalis Cosmographia(1507); salah satu peta dinding dunia yang paling penting dan pernah diterbitkan, dan bola dunia yang diterbitkan pada tahun yang sama. Dari revolusi kartografi ini, barisan baru edisi GeographiaPtolemy telah lahir (1513; 1520; 1522; 1535; 1541) yang membawa pengetahuan dunia kuno bersama-sama dengan yang baru.
Peta dunia besar Waldseemüller adalah produk yang paling menarik dari upaya penelitian tersebut, dan meliputi data yang dikumpulkan selama pelayaran Amerigo Vespucci ke Dunia Baru pada tahun 1501 – 1502. Waldseemüller menamai sebuah daratan sebagai “Amerika” untuk mengakui pemahaman Vespucci mengenai benua baru yang telah ditemukan sebagai hasil pelayaran Columbus dan penjelajah lainnya pada akhir abad kelimabelas. Peta ini adalah salinan yang masih ada dan hanya terdiri dari edisi cetak pertama, yang diyakini terdiri dari 1.000 eksemplar.
Peta Waldseemüller ini mendukung konsep revolusioner Vespucci dengan menggambarkan Dunia Baru sebagai benua yang terpisah, yang sampai saat itu tidak diketahui oleh orang Eropa. Peta pertama, baik yang dicetak atau naskahnya, menggambarkan jelas belahan bumi Barat secara terpisah, dengan Pasifik sebagai samudera yang terpisah. Peta ini merupakan sebuah lompatan besar dalam ilmu pengetahuan, mengakui daratan Amerika yang baru ditemukan dan selamanya mengubah pemahaman Eropa bahwa dunia hanya dibagi menjadi tiga bagian – Eropa, Asia dan Afrika.
Lorenz Fries (ca 1490 – 1531) adalah seorang dokter, peramal dan geografer yang mungkin paling dikenal sebagai penyusun peta yang merupakan pengerjaan ulang peta Martin Waldseemüller dengan Geographia-nya Ptolemy. Karrow menunjukkan dalam Pembuat Peta Abad Ke-enambelas dan Peta-petanya bahwa Fries pernah belajar di Wina, Montpellier, Piacenza dan Pavia sebelum bekerja di Schlettstadt, Colmar, Fribourg dan Strasbourg. Publikasi awal Fries adalah terkait dengan obat-obatan dan ia telah mendapatkan beberapa keberhasilan dalam bidang tersebut. Penerbitnya adalah Gruninger di Strasbourg, yang juga diketahui telah bekerjasama dengan Waldseemuller dalam Chronica Mundi, sebuah kosmografi yang direncanakan untuk dipublikasikan. Nampaknya volume kecil ini adalah merupakan keterlibatan yang cukup besar Fries dalam peta Waldseemüller. Yang pertama dikerjakan oleh Fries dalam mengerjakan ulang peta Waldseemüller, dan juga dikerjakan oleh Peter Apian, adalah Tipus Orbis Universalis pada tahun 1520, yang didasarkan pada peta dunia Waldseemüller tahun 1507.
Pada saat yang sama dengan peta dunia yang sedang diterbitkan, Fries juga mengerjakan edisi Ptolemy “Geographia”. Chronica Mundi yang disebutkan diatas tidak mencapai publikasi, mungkin karena meninggalnya Waldseemüller pada tahun 1518, dan Gruninger, penerbitnya, memutuskan agar Fries mengerjakan sebuah edisi Ptolemy menggunakan peta yang mungkin telah dimasukkan dalam Chronica Mundi. Dengan demikian, edisi pertama peta Ptolemy Waldseemüller oleh Fries telah terbit di Strasbourg pada tahun 1522 – sangat mirip dengan peta versi Waldseemüller tahun 1513 meskipun Fries memotong petanya pada ukuran yang sedikit berkurang. Diterbitkan tiga peta baru pada edisi ini (meskipun didasarkan pada peta Waldseemüller tahun 1507), yaitu Dunia, Asia Tenggara dan Asia Timur (menyebutkan Tiongkok dan Tartary). Peta papan kayunya Fries digunakan lagi dalam tiga edisi berikutnya pada tahun 1525, yang diterbitkan di Strasbourg dan diedit oleh Willibald Pirkheimer pada tahun 1535, yang diterbitkan di Lyons dan diedit oleh Michael Servetus pada tahun 1541, juga diterbitkan di Lyons – cetak ulang dari edisi tahun 1535. Abraham Ortelius (1527 – 1598) secara konvensional diakui sebagai pencipta atlas modern pertama. Pada tahun 1564 ia menerbitkan peta pertamanya, Typus Orbis Terrarum, peta dinding dunia delapan daun, dimana ia mengidentifikasi Regio Patalis dengan Locach sebagai perpanjangan kearah utara Terra Australis, mencapai sejauh Nugini. Banyak peta-peta atlasnya didasarkan pada sumber yang tidak lagi ada atau sangat jarang. Ortelius menambahkan daftar sumber yang unik (Katalog Auctorum), yang mengidentifikasi nama-nama kartografer kontemporer, beberapa di antaranya sudah tidak diketahui.

0 komentar: