MEMENTO MORI

Kawan, pernahkah ketika anda melintas di depan lapangan hijau Belinyu anda menyadari di seberang lapangan itu ada sebuah komplek pemakaman lama yang telah ada disana sejak jaman penjajahan. Ingatkah anda akan tulisan yang terpampang jelas di gerbang pemakaman itu? Jika tidak, saya akan mengatakan dan membahasnya sedikit. Memento Mori, demikianlah bunyi tulisan yang terpampang di gerbang pemakaman itu. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan tulisan itu?

Memento Mori adalah sebuah frasa latin yang tidak sengaja saya temui beberapa hari yang lalu. Karena ingatan saya yang buruk, saya bahkan lupa saya melihat frasa ini di buku mana, ya kalau tidak The Hunger Games-Suzanne Collins mungkin Zarathustra-Nietzsche, dua buku itulah yang mencuri perhatian saya belakangan ini. Memento Mori adalah sebuah frasa yang ‘bertugas’ mengingatkan kita kepada kematian. Secara harafiah, dia memliliki arti : Ingat, Kau Harus Mati. Kalimat ini adalah semboyan para Frater Trappa. Selain lewat frasa, memento mori juga didapati dalam istilah seni. Aliran seni ini ditandai dengan patung-patung ataupun gambar yang pada dasarnya mengingatkan diri pada kematian, entah berupa tulang belulang, upacara pemakaman dan sejenisnya.

Yang menarik adalah, konon seorang Jenderal Roma (yang saya lupa namanya) amat sangat memegang teguh frasa ini. Ia bahkan memiliki seorang asisten yang hanya memiliki satu tugas. Tugas si asisten itu adalah untuk selalu mengingatkan Sang Jenderal, tidak peduli seberapa berjaya dia di hari ini, seberapa besar kemenangan yang dipetik oleh si jenderal hari ini, cepat atau lambat dia akan jatuh atau dijatuhkan. “Memento Mori!” begitulah sang asisten seakan-akan mengingatkan “Ingat, Kau Harus Mati” atau “Ingat, Kau Akan Mati” atau “Ingat, Kematianmu

“Respice post te! Hominem te esse memento! Memento mori!“: “Look behind you! Remember that you are but a man! Remember that you’ll die!”–Tertullian dalam Apologeticus”


Mosaic from Pompeii (House cum workshop I, 5, 2, triclinium). 30 B.C. — 14 A.D. Inv. No. 109982. Naples, National Archaeological Museum.

Dalam Mosaic of Pompei yang diperkiraan di buat sekitar tahun 30 sebelum masehi, simbol Memento Mori digambarkan seperti gambar di atas. Emblema ini secara signifikan ditampilkan dalam triclinium dan merupakan salah satu yang paling mencolok untuk kejelasan representasi alegorisnya. Topik Helenistik ini berasal dan menyajikan kematian sebagai penyamarataan yang membatalkan semua perbedaan kekayaan dan kelas. Ini adalah tema yang telah datang ke hari-hari kita, seperti misalnya dalam puisi terkenal 'A Livella oleh komik aktor A. de Curtis (Totò). Bahkan komposisi ini diatasi oleh tingkat (Libella) dengan garis tegak lurus , instrumen yang digunakan oleh tukang batu untuk mendapatkan konstruksi mereka lurus dan tingkat. Pemberat adalah kematian (tengkorak) di bawah ini yang merupakan kupu-kupu (jiwa) dan roda (keberuntungan) .

Pada setiap sisi , tergantung dari pelukan tingkat dan disimpan dalam keseimbangan sempurna oleh kematian, sebagai simbol kekayaan dan kekuasaan di sebelah kiri (tongkat dan syal ungu) dan kemiskinan di sebelah kanan (kantong pengemis dan tongkat). Tema ini, seperti kerangka pada perak dalam harta Boscoreale, dimaksudkan untuk mengingatkan pengunjung dari sifat sekilas kekayaan duniawi

Begitulah batasan antara keberadaan dan ketiadaan kita terasa begitu tipis. Lalu apa yang tersisa jika disatu titik tiada berarti ada dan ada berarti tiada? Ketiadaan bukan juga berarti hilangnya ruh dalam jasad seseorang. Ketiadaan juga berarti dibunuhnya sesuatu dari hidup kita tanpa sadar. Apa itu? ide! kenangan! dialektika pikiran kita dimasa lalu yang menjadikan kita sekarang! kebanyakan dari kita tidak pernah sadar bahwa perlahan-lahan ternyata kita ‘membunuh’ diri kita sendiri. Kita membunuh diri kita yang asli, ide-ide kecil yang menjadikan aku Aku. Kenangan dan rasa yang sederhana yang menjadikan kita manusia. Sebuah kewarasan yang harus diperhatikan untuk selalu ada.

Untuk itulah, Memento Mori bagi saya sendiri, untuk menjadi pengingat kita di tahun-tahun ke depan, agar apapun yang terjadi, apapun jalan yang kita pilih, kita selalu bertahan dan tidak melupakan siapa kita sebenarnya. Agar saya yang di masa depan tidak serta merta membunuh masa lalu. Agar saya menghargai hidup sebagai sebuah bentuk proses dan perjalanan. Agar kita selalu ingat bahwa kita adalah manusia yang terbentuk dari gerak kosmik sekian juta, ratusan bahkan milyaran tahun yang lalu. Kita adalah bentuk dialektika dan sebab-akibat semesta.

3 comments:

  1. Istilah "Singkep Cek" ... sangat menarik. Menurut anda, itu bahas dari daerah mana di Bangka ? .. Apakah bahasa orang Lom begitu juga ?
    Kalau bahasa sehari-hari di Pangkalpinang dalam (Tuatunu n Kp Dalam), biasa dipergunakan untuk membuka kain yang dipakai (kain sarung atau baju rok) ...

    ReplyDelete
  2. Agar kita selalu ingat bahwa kita adalah manusia yang terbentuk dari gerak kosmik sekian juta, ratusan bahkan milyaran tahun yang lalu. Kita adalah bentuk dialektika dan sebab-akibat semesta. ..... ?
    Apa ini sejenis omong kosong teori evolusi.....?
    weleh3x ngambyah-ambyah neng ngendi-endi...

    ReplyDelete
  3. Agar kita selalu ingat bahwa kita adalah manusia yang terbentuk dari gerak kosmik sekian juta, ratusan bahkan milyaran tahun yang lalu. Kita adalah bentuk dialektika dan sebab-akibat semesta. ..... ?
    Apa ini sejenis omong kosong teori evolusi.....?
    weleh3x ngambyah-ambyah neng ngendi-endi...

    ReplyDelete